Kamis, 28 Maret 2013

laporan praktikum dinamika populasi (DINPOP) Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus (PPSB), Sumatera Barat.




4.1.3. Data pengukuran parameter fisika dan kimia

I.                   Parameter Fisika

a.       Suhu : 33˚c pada bagian dermaga pelabuhan

b.      Kecerahan
- jarak tampak : 1,5m

c.       Salinitas air : 31

II.                Parameter Kimia

a.       Dersajat keasaman/pH : 7 pada bagian dermaga pelabuhan

b.      Oksigen terlarut (DO)  =

DO adalah jumlah mg/l oksigen terlarut yang terdapat dalam suatu peraiaran. Hasil DO, yaitu:

 Rumus DO = ml titran x 8000 x 0,025
                                (ml sampel)

Dik : - ml titran 0,6
-          ml sampel 100

DO = 0,6 x 8000 x 0,025
                      100
       =  120
           100

      = 1,2 mg/l

4.2. Pembahasan

 Berdasarkan hasil yang telah diperoleh berdasarkan analisis statistika, maka dapat ditarik suatu kesimpulan yaitu jumlah ikan yang tersedia dalam suatu perairan Samudera Bungus Padang sebelum ditangkap (No) sebesar = 1458,92 ton
Kalau dilihat berdasarkan jumlah ikan pada waktu tertentu  setelah  dilakukan penangkapan setiap bulan selama satu tahun  untuk tahun 2010 berbeda mulai dari bulan Januari sampai bulan desember. Jumlah ikan setelah dilakukan penangkapan (Nt) yaitu -69543,08 ton  sedangkan jumlah ikan sebelum dilakukan penangkapan jauh lebih tinggi jumlahnya. Hal ini mendakan terjadinya penangkapan yang berlebihan (Over fishing).
Penangkapan yang berlebihan /over fishing ini ditunjukkan pada  hasil yang didapatkan bertanda negatif atau minus akibat terjadi penangkapan secara besar-besaran yang melebihi batas maksimum dan potensi lestari suatu perairan.
Untuk  tingkat eksploitasi atau potensi perikanan dalam  perairan pelabuhan perikanan samudra bungus sebesar  0,25% hal ini tentu jauh dari potensi yang ada di wilayah tersebut.
Dalam melakukan penangkapan ikan  disuatu perairan tergantung kepada sumberdaya ikan itu sendiri, menggunakan alat tangkap yang selektif/alat yang optimal untuk dioperasikan agar tidak merusak organisme dan kelangsungan hidup serta penangkapan yang dilakukan harus didasarkan kepada MSY (ikan yang boleh ditangkap).

          Masalah stok tidak terlepas dengan rekruitmen, pertumbuhan dan mortalitas dari suatu ikan. Stok dapat digunakan dalam keadaan seimbang, dimana rekruitmen dan pertumbuhan diimbangi oleh mortalitas alami. Stok yang dapat digunakan akan berkurang karena mortalitas alami saja dan penangkapan namun diimbangi oleh recruit dari kelompok ikan kecil dengan pertumbuhan ikan yang telah direkruit akan memperbesar stok.  Beberapa usaha yang dilakukan dalam perikanan ialah menentukan penangkapan yang seimbang tetapi maksimum atau “Maximum Sustainable Yield” (MSY). Kesetimbangan stok akan terganggu apabila penangkapan melampaui batas seperti apabila pengambilan stok yang dapat digunakan itu diambil secara tetap dimana sebenarnya secara komersial tidak memadai lagi. Dalam mengembalikan populasi itu menajadi setimbang bisa terjadi bila rekruitmen dalam jumlah besar, kecepatan pertumbuhan yang besar dan mortalitas alami sangat kurang (Effendie, 1979).
          Dalam mengelola sumberdaya ikan yang ada perlu adanya penutupan musim penangkapan. Musim ikan terjadi jika hasil ikan per upaya penangkapan (catch per unit effort/CPUE), tiada lain merupakan ukuran produktifitas serta kelimpahan sumberdaya ikan yang relatif  lebih tinggi. 
Pancing jenis Rawai ini merupakan salah satu jenis alat tangkap yang cukup popular dan alat ini sudah banyak Diaplikasikan di beberapa Daerah seperti (Kabupaten Yapen Waropen, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Seluma, Kabupaten Kaur dan  kabupaten Mukomuko)
Pancing rawai terdiri dari sejumlah mata kail yang dipasangkan pada panjangnya tali yang mendatar. Tali yang mendatar ini merupakan tali utama dari suatu rangkaian pancing rawai. Jenis pancing rawai terdiri dari pancing rawai kolom perairan, dan pancing rawai dasar. Pancing rawai kolam perairan dan pancing rawai dasar masing-masing terdiri dari pancing rawal vertikal dan pancing rawai horizontal.Pancing rawai terdiri dari sejumlah mata kail yang dipasangkan pada panjangnya tali yang mendatar. Tali yang mendatar ini merupakan tali utama dari suatu rangkaian pancing rawai. Jenis pancing rawai terdiri dari pancing rawai kolom perairan, dan pancing rawai dasar. Pancing rawai kolam perairan dan pancing rawai dasar masing-masing terdiri dari pancing rawal vertikal dan pancing rawai horizontal.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjRGs8BkdaVf774FGSRTjVTZKEhjRJKVmAQh3ch_Jhn6qGC_oHtqHsMwnrtt49vicryKx1_3NK-YWKhtlomEm3GXQa2GSw0IqrLI7K54sek20-BRYMt8gabj1F229aRmOakmeHc6RE42c/s1600/rawai+tuna.jpg



Gambar 1. Ilustrasi Pengoperasian Pancing rawai
Biasanya setiap nelayan memiliki lebih dari satu pancing rawai dan dipasang pada pagi hari dan dibiarkan baru kemudian diangkart pada pagi harinya lagi. Biasanya hasil tangkapan tidak terlalu banyak cukup untuk dikomsumsi keluarga saja tapi semua pancing rawai yang diletakkan tidak pernah penuh mengait ikan.
gill net disebut dengan istilah “sasi ami”, yang berdasarkan pemikiran bahwa tertangkapnya ikan-ikan pada gill net ialah dengan proses bahwa ikan-ikan tersebut “menusukkan diri-sasu” pada “jaring-ami”. Di Indonesia penamaan gill net ini beraneka ragam, ada yang menyebutkan nya berdasarkan jenis ikan yang tertangkap (jaring kuro, jaring udang dsb nya), ada pula yang disertai dengan nama tempat (jaring udang Bayeman), dan lain sebagainya. Tertangkapnya ikan-ikan dengan gill net ialah ikan-ikan tersebut terjerat (gilled) pada mata jaring atupun terbelit-belit (entangled) pada tubuh jaring.





Gambar 2. Ilustrasi Gill net
Pukat pantai atau beach seine adalah salah satu jenis alat tangkap yang masih tergolong kedalam jenis alat tangkap pukat tepi. Dalam arti sempit pukat pantai yang dimaksudkan tidak lain adalah suatu alat tangkap yang bentuknya seperti payang, yaitu berkantong dan bersayap atau kaki yang dalam operasi penangkapanya yaitu setelah jaring dilingkarkan pada sasaran kemudian dengan tali panjang (tali hela) ditarik menelusuri dasar perairan dan pada akhir penangkapan hasilnya didaratkan ke pantai. Pukat pantai juga sering disebut dengan krakat. Di beberapa daerah di jawa juga dikenal dengan nama “puket”, “krikit”, dan atau “kikis



Gambar 3. Sejumlah nelayan tradisional menarik pukat pantai
Jenis pancing yang biasa digunakan adalah pancing purseini dengan ukuran mata pancingnya adalah 2 inc umpan yang digunalan adalah lipas batang dalam satu rawai itu terdapat 40 buah mata pancing.
Jaring adalah salah satu alat tangakap fishing with traps yang berbentuk empat panjang bujur sangkar dimana disalah satu sisinya dibuat sedemikian rupa sehingga ikan yang sudah masuk tidak dapat keluar lagi (Von Brandt, 1984).
Purse Seine disebut juga “pukat cincin” karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin untuk mana “tali cincin” atau “tali kerut” di lalukan di dalamnya..
Prinsip menangkap ikan dengan purse seine adalah dengan melingkari suatu gerombolan ikan dengan jaring, setelah itu jaring bagian bawah dikerucutkan, dengan demikian ikan-ikan terkumpul di bagian kantong. Dengan kata lain dengan memperkecil ruang lingkup gerak ikan. Ikan-ikan tidak dapat melarikan diri dan akhirnya tertangkap. Fungsi mata jaring dan jaring adalah sebagai dinding penghadang, dan bukan sebagai pengerat ikan.




Gambar 4. Purse Seine



V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
         Kesimpulan yang didapat dari praktikum Dinamika Popuasi  ini adalah Dari nilai No,Nt, MSY, f-Optimal, dan %Exploitasi juga dapat disimpulkan dijumpai kegiatan over fishing.yang mana  jumlah ikan yang ditangkap  melampaui jumlah ikan sebelum ditangkap, sehingga dapat dikhawatirkan jumlah stok di perairan dapat tambah menipis. dan juga tingkat pemanfaatan hasil sumberdaya perikanan diwilayah tersebut 0,25% berdasarkan %Exploitasi
          Penangkapan ikan secara selektif berarti menjaga kontinuitas kegiatan penangkapan ikan sehingga keberlanjutan sumberdaya ikan terjamin. Pendekatan manajemen sumberdaya perikanan ini dilaksanakan melalui penggunaan alat tangkap ikan yang tinggi selektivitasnya. Beberapa contoh pendekatan ini adalah pembatasan minimum terhadap ukuran mata jarring, pembatasan ukuran mimimum mata pancing, serta pembatasan ukuran mulut perangkap pada kondisi terbuka. Dengan penetapan mata jarring yang minimum. Ikan tang tertangkap hanya ikan yang berukuran besar, sementara itu ikan yang berukuran lebih kecil darim mata jaring akan lolos adari penangkapan Nikijuluw (2002).
5.2. Saran
         Melalui praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa terjadi kegiatan penangkapan ikan secara berlebihan yang mana hal ini dapat mengancam kelangsungan kelestarian biota-biota yang ada di perairan PPS Bungus Sumatra barat tersebut.untuk itu ini menjadi perhatian kita bersama untuk memantau kelangsungan hidup spesies-spesies yang terdapat diwilayah tersebut .guna  menghindari terjadinya kepunahan di kemudian hari.
 Adapun saran untuk praktikan adalah agar semua praktikan ikut memperoleh informasi yang akurat guna memperoleh data yang lengkap dan juga mengikuti arahan – arahan dari asisten guna menghindari kesalahan dalam memperoleh data dilapangan.















DAFTAR PUSTAKA
Armada, 2011. http://armadaastana.blogspot.com/ (diakses pada 17 mei 2012 pukul 09:24)

Balai Diklat Kehutanan Pematang Siantar, 2011. http://www.ideelok.com/sumber-daya-alam/pengertian-dan-ruang-lingkup-kajian-dinamika-populasi-satwa diakses pada 17 mei 2012 pukul 09:46



[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 16/MEN/2004 tentang Pelabuhan Perikanan. Jakarta: DKP; 2004

Effendie,  M. I., 1979. Metode biologi perikanan. Yayasan Dwi Sri, Bogor. 112 hal.

Kurniawan, Rulli. 2009.  Pemanfaatan Dan Pengelolaan Air Bersih Di Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus Sumatera Barat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Nikujuluw, Victor P. H. 2002. Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. Bogor. 236 hal.

Saputra, Indra. 2010. Strategi Pengembangan Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus (PPSB), Sumatera Barat. Undergraduate thesis, Universitas Diponegoro.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar